Makna Takwa

Para ulama berbeda-beda dalam memberikan definisi takwa. namun demikian, namun definisi yang mereka sebutkan berkisar pada satu makna, yaitu proses pembentengan diri seorang hamba diri seorang hamba dari amarah dan murka Rabnya.

Ibnu Rajab ra berkata, "Pokok dari takwa adalah seorang hamba membentengi dirinya dengan sebuah benteng yang yang dapat melindunginya dari perkara yang ia takuti dan waspadai. Maka takwa seorang hamba erhadap Rabnya adalah membentengi dirinya dengan benteng yang dapat melindunginya dari perkara yang ia takuti yang akan menyebabkan amarah, murka dan hukuman Rabbnya. Benteng tersebut adalah mengerjakan amal ketaatan dan menjauhi maksiat".

Ibnu Qayyim ra berkata,"Hakikat takwa adalah mengerjakan ketaatan kepada Allah SWT dengan penuh keimanan dan keikhlasan baik perintah maupun larangan. ia mengerjakan perintah mengimanin perintah tersebut dan percaya akan janji-Nya. dan meninggalkan larangan karena mengimani larangan tersebut dan percaya akan akibatnya dari melanggar larangan-Nya".

Ibnu Abbas ra berkata "Orang-orang yang bertakwa adalah orang yang selalu waspada kepada hukuman Allah SWT. yaitu jangan sampai ia meninggalkan petunjuk yang telah diketahuinya. Dan dia mengharapkan rahmat Allah SWT dengan mengimani ajaran agama-Nya".

Thalaq bin Habib berkata "Takwa adalah mengerjakan ketaatan kepada Allah SWT dengan bimbingan cahaya dari-Nya, dengan harpan akan mendapat pahala dari-Nya dan meninggalkan maksiat dengan bimbingan cahaya dari-Nya, karena takut akan siksa-Nya".

Ibnu Mas'ud ra ketika menafsirkan firman Allah SWT.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran: 102).

Dari firman Allah di atas Ibnu Mas'ud berpendapat bahwa takwa adalah Taat kepada-Nya dan tidak bermaksiat, senantiasa berzikir dan tidak lalai, bersyukur dan tidak kufur.

Umar bin Abdul Aziz ra berkata"Takwa itu tidak sekedar puasa di siang hari dan solat di malam hari, dan melulu itu-itu saja. akan tetapi takwa kepada Allah SWT adalah meninggalkan perkara yang di haramkan oleh-Nya dan menunaikan perkara yang diwajibkan oleh-Nya. Maka, barang siapa yang mendapat karunia kebaikan setelah menunaikan dua hal tersebut, sungguh ia telah mendapat kebaikan yang beruntun".